Pages

Senin, 17 September 2012

Jakarta Memilih.....

Selamat siang guys....

Sembari nunggu downloadan rekam ulang motogp san marino, gw nulis aja kali ya, karena seharian kebanyakan maen PES, makanya sekarang kepala gw puyeng banget akibat radiasi terus menerus dari laptop, diperparah dengan gw amat sangat penasaran dengan debat pilgub kemaren, karena gw gak nonton, jadi gw langsung buka youtube, nyari filenya dan kebetulan udah ada yang upload, walaupun waktu gw nonton itu berbarengan dengan yang upload, tapi gak apa2 deh, seru aja gitu, kayak nunggu nilai ujian keluar.

Oke, hari ini kita mau ngomongin tentang Jakarta Memilih, seputar pilgub ya berarti klo begitu,hehe. kenapa sih gw memilih isu pemilihan gubernur, gw udah bosen aja ngeliat isu sara berkembang yang diperparah dengan sikap dan perilaku kampanye yang gak cerdas. Jakarta ini kan sentral bisnis, ibu kota negara, so seyogyanya dibenahi dengan tentunya dipimping oleh orang-orang yang kompeten, bukan hanya sekedar janji aja dalam berbicara.

Kemaren siang gw nganterin temen gw ke PIM, diperjalanan pulang menuju mobil, sampe kira-kira 10 km dari PIM, gw debat abis-abisan tentang dua pasang kandidat gubernur, yaa sebagaimana elo taulah, dari tulisan gw ini, gw lebih condong ke siapa, temen gw kemakan isu sara, dengan meresahkan sepak terjang  dari cagub dan cawagub nomor 3. Dia berargumen klo di dalam Al-Quran, pemimpin itu harus berasal dari islam, dan ketika si calon itu diberi kesempatan ngerinya kristenisasi jadi meningkat. Guys, lo semua udah pada gede kali ye, artinya gini, di sisi Islam, emang gak seneng dengan aktivitas kristenisasi yang meningkat, begitupun juga sebaliknya, di sisi kristen, proses islamisasi juga tidak disukai. Tapi bukan berarti yang dijadikan pakem untuk mengeneralisir semuanya, dengan meng cut off semuanya, pertimbangkan juga aspek kemajuan dan sebagainya.

ada beberapa point penting yang menjadi alasan penting gw kenapa gw lebih condong ke si nomor 3.

Pertama, keduanya sama-sama punya prestasi, sebagaimana elo tau, si cagub sukses merevitalisasi kota Solo menjadi penuh daya tarik, terobosan yang dilakukan si cagub untuk daerah Solo sudah bukan main, untuk menilai keberhasilkan seseorang, maka lihatlah begitu mereka masuk ke periode kedua, tanpa kampanye, si cagub mendapatkan kemenangan mutlak hingga 90%, klo 90% sampe money politics, aduhh gak paham deh gw, berapa modal yang harus dikeluarin sampe dapet segitu banyak, masalahnya dari jumlah sebesar itu yang terdiri dari 3 lapisan golongan, bawah menengah dan atas, orang menengah ke atas kayaknya gak mementingkan lagi tuh uang 50-200rb demi mempengaruhi mereka dalam pemilihan. Gak mau kalah, cawagub juga punya track record yang bagus, di daerahnya belitung timur sana, cawagub juga di agung-agungkan, memang yang satu ini dari etnis tionghoa dan nasrani, tapi dia mampu memimpin masyarakat islam disana dan menjaga kerukunan dengan tidak terjadi apa-apa, malah dijadikan pahlawan di daerahnya. Sebuah catatan menarik, warga yang ada di daerah asal masing-masing cagub dan cawagub rela menjadikan mereka memimpin kota mereka masing-masing apabila memang ternyata pasangan ini kalah di level Jakarta,  Sudah tentu dong, pemimpin alias jagoan dari masing-masing kandang maju ke level yang lebih tinggi untuk selanjutnya di amanahkan untuk mengatasi polemik yang ada di ibu kota.

Kedua, poin yang menarik menurut gw dari kedua pasangan ini adalah dari program jakarta baru yang mereka usung. Bagaimana mereka akan merelokasi bantaran kumuh jakarta menjadi sebuah rumah susun murah meriah yang diperuntukkan untuk orang yang benar-benar membutuhkan. Nah selama ini memang pembangunan itu adalah horizontal, tapi kali ini ingin dibentuk seperti negara maju yaitu dengan membangun vertikal, artinya akan banyak ditemui bangunan-bangunan tingkat nantinya untuk melindungi orang-orang yang membutuhkan itu dari panas dan hujan. Coba deh elo liat di negara-negara maju, apa contohnya? tokyo? disana itu, banyak banget bertebaran rumah-rumah berbentuk rumah susun, artinya itu meminimalisir area penyebaran. Sangat masuk akal menurut gw, biang kemacetan jakarta adalah akibat orang-orang yang tinggal di daerah penunjang seperti tangerang bekasi depok bogor, karena memang harga rumah disanalah yang terjangkau bagi dompet orang-orang tersebut. untuk memfasilitasi transportasi mereka, mereka naik motor dan mobil, dan itulah mengapa mobil dan motor begitu bertebaran di Jakarta, ketika kita bisa memindahkan orang-orang yang tinggal di daerah penunjang setidaknya dekat dengan transportasi massal, maka kita bisa mereduksi angka atau jumlah kendaraan motor setiap harinya. SMART? belom masih ada lagi, ketika bantaran kumuh semisal di daerah bukit duri yang selama ini bertebaran, kita bisa relokasi dengan memindahkan mereka ke rumah susun didekat situ, maka kita bisa memperlebar dimensi dari sungai ciliwung, dengan begitu, debit aliran yang lewat setiap menitnya pun bisa terwadahi, tau gak sih lo? pemerintah kolonial Belanda dulu, telah membuat sistem drainase dengan lebar got itu mencapat 5 meter, coba bandingin sekarang, kurang 1 meter pasti deh, Dengan 1 buat konsep rumah susun yang nantinya bertebaran di belahan Jakarta, 2 masalah besar yang selama ini tidak pernah terselesaikan seperti banjir dan macet bisa teratasi, setuju?setuju dong...

Ketiga, Mereka adalah seorang pendatang baru di Jakarta, memang visi misi mereka juga belom tentu bisa terwujud dengan mudah jika memang ternyata terpilih menjadi pemimpin Jakarta, tapi setidaknya mereka adalah pendatang baru dengan raport yang bagus dari masing-masing daerahnya, sedangkan kompetitornya adalah seorang incumbent yang jelas banget gak punya record yang baik di mata gw. Beberapa bulan yang lalu, Taufik Bahaudin melalui Indonesia Lawyers club cerita tentang bagaimana dulu di tahun 2007 sebuah jargon terkenal "Serahkan Jakarta pada Ahlinya" klo gw gak salah juga, jargon ini seiringan dengan rentetan pertanyaan bagaimana menaggulangi banjir (merujuk banjir besar 2007). Sampe sekarang, apa yang lo liat? ketika dia berani ngebuat jargon, berarti itulah produk utamanya dia, dan apa yang dia lakukan?hahaha, dia malah selanjutnya komen "Jakarta cuman genangan aer". Weh, anak-anak sampe nenek-nenek juga bisa bedain kali yang mana yang dimaksud "genangan" dan mana yang dimaksud " banjir". Itu kenapa penilaian gw terhadap calon yang satu itu drop down to the lowest level.

Well, gw seorang muslim, dibesarkan di lingkungan muslim, mendapatkan pelajaran islam terus menerus, tapi bukan berarti dengan gw condong ke situ, gw transformasi jadi liberal, enggaklah, klo liberal kesannya menurut gw adalah kita mengedepankan profit semata dengan menabrak norma-norma yang terdapat di Al-Quran, nope, gak gitu, gw cuman jenuh, haruskah kita menunggu 5 tahun lagi untuk Jakarta yang lebih baik? andai aje si incumbent bukan seorang pengumbar janji, pasti dukungan akan mengalir terus mendukung anda.  pasti gak akan memanas seperti sekarang ini,

Selamat memilih dan jadi pemilih yang pintar.... :D




0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright (c) 2010 Welcome to Farhan's Yellow Zone. Design by WpThemesExpert
Blogger Template by New Blogger Templates.